Senin, 21 Januari 2013

Si Jalu Terpaku

Sore ini saya bersama Pak Bay serta fasilitator TK A Pinus dan Cemara melakukan survey ke TMII, untuk kegiatan outing SD 1 dan TK A. Karena kami bersamaan tujuan lokasi outingnya, maka ketika raker  saya menawarkan kepada ibu-ibu fasilitator TK A untuk survey bareng. Alhamdulillah mereka mau apa yang saya usulkan, kemudian kami langsung menentukan hari untuk berangkat survey. Dan muncullah hari selasa.


Kami konvoi menggunakan sepeda motor, mulai dari gerbang hingga lebak bulus meluncur dengan enjoy dan saling menyelip. Posisi kendaraan saya berada paling belakang, urutannya pun saya masih ingat betul; motor Pak Bay- Bu Putri+Bu Hani- Bu Ais+Bu Erin, dan motor saya (si Jalu). Ketika melaju didepan Mercedes Benz yang berada di jalan TB. Simatupang tiba-tiba saja si Jalu berjalan terasa goyang dan tidak nyaman ketika digas agak kencang, kemudian saya ajak si Jalu untuk melintas ke tepi jalan dan pada saat saya cek ban depan tidak apa-apa, tetapi ketika saya mengecek ban belakang terlihat sekali kempes. Si Jalu terkena paku.

Karena motor Bu Erin masih terlihat belakangnya, langsung saja saya berteriak..”Bu Eriiiiiinnnn...” “Tunggguuuuuu....!!!”
Teriak saya tak berhasil, mereka langsung bablas meluncur.

Alhamdulillah tidak jauh saya menuntun si Jalu, ada bengkel, itupun hanya menerima service tambal ban dan angin. Karena kwatir banyak yang bocor, jadi sebelum dikerjakan oleh si Abang tambal Ban. Saya bertanya terlebih dahulu. Dan kata si abangnya biasa, delapan ribu. Langsung beliau kerjakan dan ketika dicek pakai tangannya, ketemu satu paku didalam bannya. Ukuran 5 cm. Setelah itu, mulailah proses pembakaran. Sambil duduk menunggu si Jalu dioperasi, saya sempat meNGIRIM sms ke Pak Bay, tetapi kok ketika di SMS tidak terkirim, ternyata pas dicek pulsanya tinggal seratus perak (100).

Lalu saya berpikir sejenak. “bagaimana ya caranya agar mereka dapat kabar bahwa si Jalu terkena paku.” Selanjutnya yang saya lakukan adalah memilih No HP Pak Bay sebagai tujuan yang akan saya kontak dan alhamdulillah meskipun tersisa seratus perak masih bisa. Ooooo...tetapi pas diangkat langsung mati. Saya perhatikan disekeliling tambal ban tak ada yang jualan pulsa. Beli dimana ya? Tidak lama setelah saya menghubungi Pak Bay, Alhamdulillah Pak Bay langsung menelpon balik. Alhamdulillah Ya Allah. Terimakasih Ya Allah karena Engkau maha mengetahui apa yang hambamu harapkan.



“Pak motor saya kena paku, lagi ditambal. Jadi tungguin saya ya.”
“Saya tunggu di pasar rebo saja ya?” suara Pak Bay terdengar tak jelas. Bersahut dengan suara kendaraan.
“Oke.” Jawab saya.

Selesai...

Sekitar 500m dari bengkel. Si Jalu mulai goyang lagi. Jalannya ndut-ndutan. Ambil kiri. Periksa lagi. Dan ternyata ban belakangnya kempes lagi. Innalillahi....nuntun lagi hingga
ketemu bengkel. Tepat sekali setelah melewati menara ESQ saya menemukan bengkel.
Seperti yang awal, sakit si Jalu masih sama. Kena paku. Bukan di ban dalamnya. Tetapi pakunya masih nyangkut di ban luarnya. Paku ukuran 7cm. Satu lubang harga tambalnya masih sama, delapan ribu.

Selesai...
Lanjut untuk menghampiri Pak Bay yang sudah menunggu di Pasar Rebo...


Lagi-lagi si Jalu terkena paku. Tak jauh dari lampu merah Pasar Rebo. Akhirnya saya putuskan untuk tidak menambal. Ganti sajalah dengan ban yang baru. Sambil nuntun, kedua mata melihat bengkel dan tukang pulsa. Alhamdulillah ada bengkel, namanya bang Isap, karena saya sempat berkenalan dengannya. Tetapi soal harga bang Isap tak mau menurunkan harganya, saya beli ban IRC dengan harga yang lumayan mahal, ditembak Rp 38.000. disela waktu mengganti ban, saya sempat meninggalkan si Jalu di bengkel, saya membeli pulsa disebrang jalan. Dan ketika saya menghubungi Pak Bay...ternyata beliau sudah menunggu didepan pintu masuk pertama TMII. Sedangkan ibu-ibu yang lainnya sudah masuk terlebih dahulu. Kurang lebih 3 jam mereka menunggu saya. Tidak muncul-muncul.

SMS yang tadi saya kirim ke Pak Bay, kemudian saya forward juga ke Bu Ais. Memberitahukan ke mereka bahwa motor saya sedang di bengkel karena sudah 3x terkena paku, kondisinya sekarang sedang mengganti dengan ban yang baru. Jadi silakan saja duluan masuk, dan saya akan menyusul. Mohon maaaf yaaaa...!



Didepan pintu masuk Taman Mini. Sudah ada Pak Bay yang melambaikan tangan. Saya langsung bercerita panjang lebar ke Pak Bay.
“Sekarang mau sholat disini atau di masjid dalam saja?” tawar Pak Bay.
“Didalam saja, Pak.”
“Ibu-ibu yang lain dimana?” lanjut saya.
“Sudah dari tadi di dalam.’ terang Pak Bay.
“Oh gitu, ya maaf ya Pak..!”

Kemudian menuju anjungan Sumatra Barat. Saya dan Pak Bay sholat di Musholanya. Beristirahat dan setelah itu berkeliling menghampiri anjungan yang lainnya.


Hujan deras. Akhirnya kami mampir di Museum Transportasi sekalian tanya-tanya berbagai rupa informasi terkait yang ada di TMII. Masih hujan, tetapi kami masih inggin untuk melanjutkan perjalanan. Selanjutnya kami menuju Museum PP IPTEK, karena bu
Erin, bu Hani, bu Ais, dan Bu Putri sudah disana. Tetapi ketika kami melintas didepanya terlihat sepi dan banyak yang sedang main futsal dilahan parkirnya, rasanya gak mungkin pak. Coba jalan kedepan lagi......pas di loket stasiun kebetulan ada orang, ehtah petugas atau bukan yang jelas kami membutuhkan informasi darinya. Kemudian Pak Bay tanya.

“Pa, kalau PP IPTEK sebelah mana ya?” tanya Pak Bay.
“ITU, yang ada pagar hitam dan kuning emas, belok kanan nanti ada pintu masuknya.” tunjuknya.

Owalah...ternyata PP IPTEK yang tadi kami ragu untuk memasukinya, yang gedungnya terlihat sepi dan banyak yang sedang main futsal dilahan parkirnya. Langsung deh kami meluncur kesana. Lalu kami dipersilakan untuk parkir didalam, tepatnya diteras PP IPTEK. Tidak ditempat parkiran, karena sudah sore jadi kata security-nya  masukin kedalam saja.

Ketika saya dan Pa Bay mau masuk. Katanya sudah sudah tutup. Jadi kami dikasih brosurnya. Kami jelas juga bahwa sedang survey karena kami akan berjunjung kesini.

“Mau survey”
“Iya.” Jawab kompak berdua.
“Tadi juga ada yang survey. Saya juga lupa dari sekolah mana.” Tutur security.
“Kalau kami dari Sekolah Alam Bintaro.” “tadi juga teman-teman saya sudah kesini.”
“Yang perempuan, ya?”
“Iya benar, Pa.”
“Tuh masi ada. Lagi diatas.”

Ternyata benar, ketika saya naik tangga diatasnya sudah ada bu Erin, bu Hani, bu Ais, dan bu Putri . mereka sedang ngaub sambil berfoto-foto.


Lama sudah kami berada di PP IPTEK dan karena sudah berkumandang adzan magrib, jadi kami menuju Masjid At –Tin untuk sholat disana. Ternyata yang kami masuki Masjid Pangeran Diponegoro, bukan Masjid At-Tin.akhirnya parkir balik dan keluar dari TMII. Karena posisi Masjidnya berada diluar komplek TMII. Karena kami sholat magribnya diujung waktu, jadi tidak lama setelah itu berkumandang adzan dari menara Masjid At-Tin. Sebelum melaksanakan sholat isya, saya dan pak Bay sempat mengopi dan makan pop mie di pondopo Masjid, karena dingin dan perut lapar habis keguyur hujan. Setelah sholat isya menuju APJ-Ayam Penyet Jakarta yang ada di Cilandak. Alhamdulillah terimakasih Ya Allah atas rizki yang kau berikan kepada kami. 


Meskipun berlilit rasa ngantuk dan cape, tetapi mau gak mau kami harus melanjutkan perjanalan(pulang). Dan konvoi kami terpisah setelah lampu merah RS Fatmawati.



Kisah si Jalu dalam survey; 15 Januari 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar