Sore ini saya bersama Pak Bay serta
fasilitator TK A Pinus dan Cemara melakukan survey
ke TMII, untuk kegiatan outing SD 1 dan TK A. Karena kami bersamaan tujuan lokasi
outingnya, maka ketika raker saya
menawarkan kepada ibu-ibu fasilitator TK A untuk survey bareng. Alhamdulillah
mereka mau apa yang saya usulkan, kemudian kami langsung menentukan hari untuk
berangkat survey. Dan muncullah hari
selasa.
Kami konvoi menggunakan sepeda motor,
mulai dari gerbang hingga lebak bulus meluncur dengan enjoy dan saling
menyelip. Posisi kendaraan saya berada paling belakang, urutannya pun saya
masih ingat betul; motor Pak Bay- Bu Putri+Bu Hani- Bu Ais+Bu Erin, dan motor
saya (si Jalu). Ketika melaju didepan Mercedes Benz yang berada di jalan TB.
Simatupang tiba-tiba saja si Jalu berjalan terasa goyang dan tidak nyaman
ketika digas agak kencang, kemudian saya ajak si Jalu untuk melintas ke tepi
jalan dan pada saat saya cek ban depan tidak apa-apa, tetapi ketika saya
mengecek ban belakang terlihat sekali kempes. Si Jalu terkena paku.
Karena motor Bu Erin masih terlihat
belakangnya, langsung saja saya berteriak..”Bu Eriiiiiinnnn...”
“Tunggguuuuuu....!!!”
Teriak saya tak berhasil, mereka
langsung bablas meluncur.
Alhamdulillah
tidak jauh saya menuntun si Jalu, ada bengkel, itupun hanya menerima service tambal ban dan angin. Karena
kwatir banyak yang bocor, jadi sebelum dikerjakan oleh si Abang tambal Ban.
Saya bertanya terlebih dahulu. Dan kata si abangnya biasa, delapan ribu.
Langsung beliau kerjakan dan ketika dicek pakai tangannya, ketemu satu paku
didalam bannya. Ukuran 5 cm. Setelah itu, mulailah proses pembakaran. Sambil
duduk menunggu si Jalu dioperasi, saya sempat meNGIRIM sms ke Pak Bay, tetapi
kok ketika di SMS tidak terkirim, ternyata pas dicek pulsanya tinggal seratus
perak (100).
Lalu saya berpikir sejenak. “bagaimana ya caranya agar mereka dapat kabar
bahwa si Jalu terkena paku.” Selanjutnya yang saya lakukan adalah memilih
No HP Pak Bay sebagai tujuan yang akan saya kontak dan alhamdulillah meskipun tersisa seratus perak masih bisa. Ooooo...tetapi
pas diangkat langsung mati. Saya perhatikan disekeliling tambal ban tak ada
yang jualan pulsa. Beli dimana ya? Tidak lama setelah saya menghubungi Pak Bay,
Alhamdulillah Pak Bay langsung
menelpon balik. Alhamdulillah Ya Allah.
Terimakasih Ya Allah karena Engkau
maha mengetahui apa yang hambamu harapkan.
“Pak motor saya kena paku, lagi
ditambal. Jadi tungguin saya ya.”
“Saya tunggu di pasar rebo saja ya?”
suara Pak Bay terdengar tak jelas. Bersahut dengan suara kendaraan.
“Oke.” Jawab saya.
Selesai...
Sekitar 500m dari bengkel. Si Jalu
mulai goyang lagi. Jalannya ndut-ndutan. Ambil
kiri. Periksa lagi. Dan ternyata ban belakangnya kempes lagi. Innalillahi....nuntun lagi hingga
ketemu bengkel. Tepat sekali setelah melewati menara ESQ saya menemukan bengkel.
Seperti yang awal, sakit si Jalu masih sama. Kena paku. Bukan di ban dalamnya. Tetapi pakunya masih nyangkut di ban luarnya. Paku ukuran 7cm. Satu lubang harga tambalnya masih sama, delapan ribu.
ketemu bengkel. Tepat sekali setelah melewati menara ESQ saya menemukan bengkel.
Seperti yang awal, sakit si Jalu masih sama. Kena paku. Bukan di ban dalamnya. Tetapi pakunya masih nyangkut di ban luarnya. Paku ukuran 7cm. Satu lubang harga tambalnya masih sama, delapan ribu.
Selesai...
Lanjut untuk menghampiri Pak Bay yang
sudah menunggu di Pasar Rebo...
Lagi-lagi si Jalu terkena paku. Tak jauh
dari lampu merah Pasar Rebo. Akhirnya saya putuskan untuk tidak menambal. Ganti
sajalah dengan ban yang baru. Sambil nuntun, kedua mata melihat bengkel dan
tukang pulsa. Alhamdulillah ada
bengkel, namanya bang Isap, karena saya sempat berkenalan dengannya. Tetapi soal
harga bang Isap tak mau menurunkan harganya, saya beli ban IRC dengan harga
yang lumayan mahal, ditembak Rp 38.000. disela waktu mengganti ban, saya sempat
meninggalkan si Jalu di bengkel, saya membeli pulsa disebrang jalan. Dan ketika
saya menghubungi Pak Bay...ternyata beliau sudah menunggu didepan pintu masuk
pertama TMII. Sedangkan ibu-ibu yang lainnya sudah masuk terlebih dahulu. Kurang
lebih 3 jam mereka menunggu saya. Tidak muncul-muncul.
SMS yang tadi saya kirim ke Pak Bay,
kemudian saya forward juga ke Bu Ais.
Memberitahukan ke mereka bahwa motor saya sedang di bengkel karena sudah 3x
terkena paku, kondisinya sekarang sedang mengganti dengan ban yang baru. Jadi silakan
saja duluan masuk, dan saya akan menyusul. Mohon maaaf yaaaa...!
Didepan pintu masuk Taman Mini. Sudah ada
Pak Bay yang melambaikan tangan. Saya langsung bercerita panjang lebar ke Pak
Bay.
“Sekarang mau sholat disini atau di
masjid dalam saja?” tawar Pak Bay.
“Didalam saja, Pak.”
“Ibu-ibu yang lain dimana?” lanjut saya.
“Sudah dari tadi di dalam.’ terang Pak
Bay.
“Oh gitu, ya maaf ya Pak..!”
Kemudian menuju anjungan Sumatra
Barat. Saya dan Pak Bay sholat di Musholanya. Beristirahat dan setelah itu
berkeliling menghampiri anjungan yang lainnya.
Hujan deras. Akhirnya kami mampir di Museum
Transportasi sekalian tanya-tanya berbagai rupa informasi terkait yang ada di
TMII. Masih hujan, tetapi kami masih inggin untuk melanjutkan perjalanan. Selanjutnya
kami menuju Museum PP IPTEK, karena bu
Erin, bu Hani, bu Ais, dan Bu Putri sudah disana. Tetapi ketika kami melintas didepanya terlihat sepi dan banyak yang sedang main futsal dilahan parkirnya, rasanya gak mungkin pak. Coba jalan kedepan lagi......pas di loket stasiun kebetulan ada orang, ehtah petugas atau bukan yang jelas kami membutuhkan informasi darinya. Kemudian Pak Bay tanya.
Erin, bu Hani, bu Ais, dan Bu Putri sudah disana. Tetapi ketika kami melintas didepanya terlihat sepi dan banyak yang sedang main futsal dilahan parkirnya, rasanya gak mungkin pak. Coba jalan kedepan lagi......pas di loket stasiun kebetulan ada orang, ehtah petugas atau bukan yang jelas kami membutuhkan informasi darinya. Kemudian Pak Bay tanya.
“Pa, kalau PP IPTEK sebelah mana ya?”
tanya Pak Bay.
“ITU, yang ada pagar hitam dan kuning
emas, belok kanan nanti ada pintu masuknya.” tunjuknya.
Owalah...ternyata PP IPTEK yang tadi
kami ragu untuk memasukinya, yang gedungnya terlihat sepi dan banyak yang
sedang main futsal dilahan parkirnya. Langsung deh kami meluncur kesana. Lalu kami
dipersilakan untuk parkir didalam, tepatnya diteras PP IPTEK. Tidak ditempat
parkiran, karena sudah sore jadi kata security-nya
masukin kedalam saja.
Ketika saya dan Pa Bay mau masuk. Katanya
sudah sudah tutup. Jadi kami dikasih brosurnya. Kami jelas juga bahwa sedang survey karena kami akan berjunjung
kesini.
“Mau survey”
“Iya.” Jawab kompak berdua.
“Tadi juga ada yang survey. Saya juga
lupa dari sekolah mana.” Tutur security.
“Kalau kami dari Sekolah Alam Bintaro.”
“tadi juga teman-teman saya sudah kesini.”
“Yang perempuan, ya?”
“Iya benar, Pa.”
“Tuh masi ada. Lagi diatas.”
Ternyata benar, ketika saya naik
tangga diatasnya sudah ada bu Erin, bu Hani, bu Ais, dan bu Putri . mereka
sedang ngaub sambil berfoto-foto.
Lama sudah kami berada di PP IPTEK dan
karena sudah berkumandang adzan magrib, jadi kami menuju Masjid At –Tin untuk
sholat disana. Ternyata yang kami masuki Masjid Pangeran Diponegoro, bukan Masjid
At-Tin.akhirnya parkir balik dan keluar dari TMII. Karena posisi Masjidnya
berada diluar komplek TMII. Karena kami sholat magribnya diujung waktu, jadi
tidak lama setelah itu berkumandang adzan dari menara Masjid At-Tin. Sebelum melaksanakan
sholat isya, saya dan pak Bay sempat mengopi dan makan pop mie di pondopo
Masjid, karena dingin dan perut lapar habis keguyur
hujan. Setelah sholat isya menuju APJ-Ayam Penyet Jakarta yang ada di Cilandak.
Alhamdulillah terimakasih Ya Allah
atas rizki yang kau berikan kepada kami.
Meskipun berlilit rasa ngantuk dan cape,
tetapi mau gak mau kami harus melanjutkan perjanalan(pulang). Dan konvoi
kami terpisah setelah lampu merah RS Fatmawati.
Kisah
si Jalu dalam survey; 15 Januari 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar