Saya jadi teringat ketika salah seorang Kakak Pembinan
Pramuka berucap pada saya, saat itu saya masih duduk di kelas 3 (MI-Madrasah Ibtidaiyah). Ucapannya
terlintas disela melingkar bersama waktu mengadakan kegiatan di sekolah. Setiap
kali mengadakan acara yang sifatnya lebih dari sehari dan itu di luar sekolah,
biasanya dilakukan di bulan awal seperti Januari, Februari, Maret hingga Agustus.
Lalu kenapa tidak dilakukan pada bulan setelahnya. Sang Pembina Pramuka hanya berkata,
karena kalau bulan Oktober sampai Desember selalu hujan. Jadi saya dan
teman-teman menghafal betul potongan akhir setiap nama bulan tersebut. Pokoknya
yang berakhiran BER-BER selalu hujan. Dan ucapan sang pembina pun masih terekam
dalam memory saya hingga kini.
Ah mungkin itu dulu, toh
kenyataannya sudah tidak lagi berlaku sekarang. Buktinya di bulan Januari
saja turun hujan bahkan sampai terjadi banjir dimana-mana.
Bahkan karena debit curah hujan yang tak kunjung reda, nampak
jelas banjir menggenagi ruas jalan dimana-mana, termasuk ibu kota Jakarta dan dibeberapa
Daerah. Tidak hanya macet, banjir pun mengimbasnya.
Hal serupa pun terjadi di sekitaran komplek elit Bintaro Jaya.
Genangan air bak mengisyaratkan Bintaro sedang mengapung. Tapi tidak terjadi di
kompleknya, melainkan di tanah urugan
yang kemudian terjadi kobangan air. Akhirnya
terlihat seperti situ ditengah Bintaro sektor IX-Kota Tangerang Selatan.
Bagi anda yang rutin melintas dari depan Giant sampai Kebayoran Village tepatnya didepan kampus Universitas Pembangunan
Jaya, tentunya sudah tak asing lagi untuk menyaksikan anak-anak remaja menjejerkan
sepeda motornya di pinggir jalan setiap sore hari, namun kini tidak hanya itu
karena ada pemandangan baru yang menghiasi bola mata disaat kita melintas.
Pemandangan tersebut adalah anak-anak yang berenang dengan
senang dan tak berpikir akan kesehatan mereka. Mereka adalah anak-anak sekitaran
Bintaro yang selepas jalan-jalan sore dan bermain sepeda di tanah urugan kemudian setelah bermain mereka nyemplung ke air layaknya sebuah laut saja.
Ketika melihat dari
atas jembatan, saya pun terkejut. Masa sih masih ada tontonan yang seperti ini. Melepas baju dan celana. Padahal kalau
diperhatikan, ternyata disekitar Bintaro pun banyak fasilitas kolam renang umum
yang tersedia, diantaranya kolam renang Permata, kolam renang Emerald, kolam renang Familia Club House, kolom renang Regency, dan kolam renang Maharta. Harga
dari setiap lokasi pun bervariatif, mulai dari tiket Rp 8.000 hingga Rp 25.000.
Lalu apakah bagi anak seusia mereka biaya tersebut terlalu mahal, jika mereka harus
mengeluarkan uang untuk mengganti sebuah tiket renang. Akhirnya saya pun
membalik arah dan melajukan si Jalu untuk mendekat TKP (Tempat Kolam Pemandian).
Setelah saya sampai mendekat disekitar mereka, ternyata yang
saya lihat benar. Anak-anak sedang mandi tanpa pakaian kecuali celana dalam. Ketika ditanya kenapa telanjang? Jawaban yang terlintas dari mereka adalah.
“Kalau make baju nanti
kalau basah ketauan sama bokap, bisa dijewer kita. Mendingan telanjang, karena
bokap kita kaga tau!” sahutnya.
Lanjut saya. “Emangnya kalian gak malu, kalau ada yang lihat dari
mobil atau sepeda motor yang melintas?”
“Ngapain malu, walaupun
di pinggir jalan, tapi Kan laki-laki semua yang berenang, jadi kita kaga malu. Lagian
juga kita make celana dalam kok!”
“Tapi tetap saja kan ada yang basah!” umpan balik saya.
Sekali lagi cukup simple
mereka menutup pertanyaan itu, “kan abis
ini sekalian main sepeda. Yah nanti juga kering lagi dibawa main.”
Oh begitu yah, baiklah.
sore pulang ngajar di Sekolahalam Bintaro, 14 Januari 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar