Senin, 14 Januari 2013

Bintaro Mengapung

Saya jadi teringat ketika salah seorang Kakak Pembinan Pramuka berucap pada saya, saat itu saya masih duduk di kelas 3 (MI-Madrasah Ibtidaiyah). Ucapannya terlintas disela melingkar bersama waktu mengadakan kegiatan di sekolah. Setiap kali mengadakan acara yang sifatnya lebih dari sehari dan itu di luar sekolah, biasanya dilakukan di bulan awal seperti Januari, Februari, Maret hingga Agustus. Lalu kenapa tidak dilakukan pada bulan setelahnya. Sang Pembina Pramuka hanya berkata, karena kalau bulan Oktober sampai Desember selalu hujan. Jadi saya dan teman-teman menghafal betul potongan akhir setiap nama bulan tersebut. Pokoknya yang berakhiran BER-BER selalu hujan. Dan ucapan sang pembina pun masih terekam dalam memory saya hingga kini. 

Ah mungkin itu dulu, toh kenyataannya sudah tidak lagi berlaku sekarang. Buktinya di bulan Januari saja turun hujan bahkan sampai terjadi banjir dimana-mana.

Bahkan karena debit curah hujan yang tak kunjung reda, nampak jelas banjir menggenagi ruas jalan dimana-mana, termasuk ibu kota Jakarta dan dibeberapa Daerah. Tidak hanya macet, banjir pun mengimbasnya. 

Hal serupa pun terjadi di sekitaran komplek elit Bintaro Jaya. Genangan air bak mengisyaratkan Bintaro sedang mengapung. Tapi tidak terjadi di kompleknya, melainkan di tanah urugan yang kemudian terjadi kobangan air. Akhirnya terlihat seperti situ ditengah Bintaro sektor IX-Kota Tangerang Selatan.

Bagi anda yang rutin melintas dari depan Giant sampai Kebayoran Village tepatnya didepan kampus Universitas Pembangunan Jaya, tentunya sudah tak asing lagi untuk menyaksikan anak-anak remaja menjejerkan sepeda motornya di pinggir jalan setiap sore hari, namun kini tidak hanya itu karena ada pemandangan baru yang menghiasi bola mata disaat kita melintas.

Pemandangan tersebut adalah anak-anak yang berenang dengan senang dan tak berpikir akan kesehatan mereka. Mereka adalah anak-anak sekitaran Bintaro yang selepas jalan-jalan sore dan bermain sepeda di tanah urugan kemudian setelah bermain mereka nyemplung ke air layaknya sebuah laut saja.  


Ketika melihat dari atas jembatan, saya pun terkejut. Masa sih masih ada tontonan yang seperti ini. Melepas baju dan celana. Padahal kalau diperhatikan, ternyata disekitar Bintaro pun banyak fasilitas kolam renang umum yang tersedia, diantaranya kolam renang Permata, kolam renang Emerald, kolam renang Familia Club House, kolom renang Regency, dan kolam renang Maharta. Harga dari setiap lokasi pun bervariatif, mulai dari tiket Rp 8.000 hingga Rp 25.000. Lalu apakah bagi anak seusia mereka biaya tersebut terlalu mahal, jika mereka harus mengeluarkan uang untuk mengganti sebuah tiket renang. Akhirnya saya pun membalik arah dan melajukan si Jalu untuk mendekat TKP (Tempat Kolam Pemandian). 

Setelah saya sampai mendekat disekitar mereka, ternyata yang saya lihat benar. Anak-anak sedang mandi tanpa pakaian kecuali celana dalam. Ketika ditanya kenapa telanjang? Jawaban yang terlintas dari mereka adalah.
“Kalau make baju nanti kalau basah ketauan sama bokap, bisa dijewer kita. Mendingan telanjang, karena bokap kita kaga tau!” sahutnya.
Lanjut saya. “Emangnya kalian gak malu, kalau ada yang lihat dari mobil atau sepeda motor yang melintas?”
“Ngapain malu, walaupun di pinggir jalan, tapi Kan laki-laki semua yang berenang, jadi kita kaga malu. Lagian juga kita make celana dalam kok!”
“Tapi tetap saja kan ada yang basah!” umpan balik saya.
Sekali lagi cukup simple mereka menutup pertanyaan itu, “kan abis ini sekalian main sepeda. Yah nanti juga kering lagi dibawa main.” 

Oh begitu yah, baiklah. 


sore pulang ngajar di Sekolahalam Bintaro, 14 Januari 2013 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar